Sabtu, 25 Mei 2013

Kenali Cara Pakai Choke Di Karburator


Model kupu-kupu masih boleh buka grip gas
Fungsi cuk (choke) untuk memperkaya campuran bensin. Dipakai ketika pagi hari supaya mesin mudah dihidupkan. Dalam perkembangannya, cuk diklasifikasikan jadi dua. Yaitu cuk model butterfly (kupu-kupu) dan tipe piston.

Masalahnya, kebanyakan pemilik motor kurang paham sistem cuk yang dianut kendaraannya. Sehingga penggunaan cuk jadi mubazir. “Misal, saat menggunakan cuk sembari membuka gas waktu mau hidupkan mesin. Itu cara yang salah,” jelas Susanto dari Institut Mekanik Motor Indonesia (IMMI) Jogjakarta.

Seperti cuk butterfly yang dianut Honda Astrea Supra atau Tiger 2000, Kawasaki Blitz, Kaze dan Yamaha Jupiter MX lama. Cirinya di moncong karbu terdapat katup manual yang bisa menutup secara penuh lubang venturi. Sehingga debit udara lebih dikit dibanding jumlah bahan bakar dari pilot-jet

“Pada model butterfly, ketika cuk diaktifkan, posisi gas dibuka gak masalah. Karena venturi tertutup penuh walau skep terbuka, debitnya makin banyak lantaran bahan bakar akan keluar melalui lubang nosel,” imbuh pria praktik di Jl. Prawirotaman III/G, Yogyakarta itu.

Piston cuk otomatis didukung part kelistrikan(kiri). Cuk piston pantang buka gas biar aliran udara fokus di lubang cuk(kanan).
Berbeda jika cuk tipe piston yang dianut motor macam Yamaha, Suzuki atau di Honda New Mega Pro. Punya jalur sendiri untuk menambah debit bensin. Yaitu dari lubang pelampung ke venturi (starting jet) lewat lubang udara (starter air hole). 

“Cuk tipe ini pantang buka gas. Sebab ketika cuk aktif, skep wajib menutup penuh lubang venturi. Tapi, kalau gas dibuka, udara akan mengalir melalui lubang venturi dan tidak melalui jalur cuk. Akibatnya tak ada suplai tambahan bahan bakar dari starting jet,” wanti Ahmad Syahid, TSO (Technical Service Officer) Astra Honda Bali. Paham kan?

Piston Pun Dibedakan

Cuk tipe piston diklasifikasikan jadi dua, yaitu sistem otomatis dan manual. Sistem manual seperti umumnya dipakai di Yamaha Jupiter-Z, Shogun 125 dan Smash.

Sedang Honda Vario, BeAT dan beberapa skubek Kymco adalah tipe otomatis dan didukung kelistrikan. “Pada tungangan ini, cuk akan aktif ketika suhu mesin dingin. Cara kerjanya menggunakan cairan pemanas yang ditempatkan di atas badan cuk,” lanjut Ahmad Syahid.(motorplus-online.com)

Lacak Kondisi Karburator, Kenali Penyakitnya!

Agar performa tetap terjaga, karburator harus rutin diperiksa. Apalagi seiring usia pakai, kondisi karbu enggak fit kerap terjadi. Namun kerusakannya ada yang bisa diperbaiki atau harus beli baru.

Nah, agar kondisinya tetap sempurna, yuk ditelusuri apa penyakit yang kerap meradang di karbu. Apa aja ya?

Pertama, jika skep macet di badan karbu dan susah turun biasanya tekanan mur ke intake manifold terlalu kencang hingga rumah skep ketarik. Buat antisiapasi, coba pakai ampelas halus gosok sisi depan-belakang rumah skep sampai skep bisa naik- turun lancar. Tapi, kalau skep oblak biasanya langsam jadi tak stabil akibat ada udara palsu menyusup.

Begitupun jika lubang karbu yang ke intake melengkung, rpm pasti susah langsam karena terjadi kebocoran. Siasatinya, gunakan kikir datar dan ampelas untuk ratakan sisi yang tak lurus.

Nosel oblak berefek ke semburan bensin tak konstan dan rpm lambat naik. Karbu buatan Mikuni, silakan tebus nosel dan jarum skep anyar. Pemakai Keihin rada pusing karena komponen karbu orisinal tak dijual bebas. Pilihannya ganti karbu baru atau bisa pakai carburator repair kit non orisinal.

Nah, jika bensin menetes kasusnya karena jarum pelampung nggak pas di dudukannya. Coba ganti jarum pelampung atau gunakan tips pakai bor 3 mm yang putar perlahan ke dasar dudukan jarum pelampung. (motorplus-online.com)

Cutting Stiker Dilapis Pernis, Lebih Awet Bro!


Penggunaan cutting sticker, kerap jadi pilihan modifikasi pengubah tampilan bodi secara kilat. Selain itu, bisa dibilang murah ketimbang painting alias pengecatan.

“Harga yang dipatok untuk full body cutting sticker motor bebek Rp 250-500 ribu, matik Rp 120-450 dan sport Rp 350 ribu - 2 juta. Prosesi pengerjaan juga terbilang cepat sekitar 1-2 hari,” papar Pikno, owner Portal Sticker.

Namun, aplikasi cutting sticker ini bukan tanpa resiko. Karena sifatnya hanya menempel di body asli, terkelupas atau lepas kerap terjadi hingga bikin hati mengkel dan galau.

Eits, ada triknya buat mengatasi masalah itu nih! Biar enggak mudah terkelupas, bisa dilapisi stiker transparan atau tempuh semprot pernis. “Kalau dilapis pakai stiker transparan, saya tidak merekomendasikan. Selain mudah menggelembung, bila tidak dilakukan dengan baik hasilnya malah kurang maksimal. Biasanya saya tempuh pakai pernis,” bilang Pikno yang di Jl. Pinang 1 No. 52, Pondok Labu, Jakarta Selatan.

Untuk tempuh pelapis pernis, caranya mudah. Sebelum melakukan aksi cutting sticker full, bidang permukaan cat asli harus dilapis terlebih dahulu dengan stiker sebagai background.

Setelah itu, baru aksi cutting sticker dimuali di atas background tadi. Jika sudah rampung, tinggal proses penyemprotan pernis ke seluruh bodi hingga membuat cairannya menutupi stiker.

“Agar hasil maksimal, pengeringan pernis tempuh sistem oven,” paparnya. Patokan harga mulai dari Rp 150 - 400 ribu. Aplikasi pelapis ini, bikin cutting sticker lebih kuat dan mantap. Saat bosan, tinggal lepas backround stiker aja.

TIPS Kunci Kontak Bermagnet Hilang? Ini Tiga Cara Bikin Duplikatnya

Kunci kontak hilang ataupun rusak kerap terjadi. Namun, untuk mengatasinya bisa tempuh duplikasi atau caplok satu set kunci baru.

Tapi, kalau pakai duplikat, selain keamanan kurang terjamin, hasil kunci hasil kloningan juga belum terjamin. Seperti yang dialami salah satu sobat MOTOR Plus, ketika kunci motornya yang aplikasi Magnetic Key Shutter hilang. Awalnya ia pilih tempuh duplikasi. Tapi, ternyata umur pakainya hanya tahan sampai 3 bulan.

“Setelah bikin duplikat, yang cepat rusak itu bagian pembungkus magnetnya. Padahal, pemakaian normal seperti biasa,” kata Hanggi yang nyemplak Honda Absolute Revo. Jadi meski sedikit mahal, baiknya pakai yang orisinal.

Pakai orisinal, maksudnya sobat kudu beli satu set kunci baru. Tentunya harga yang dikeluarkan cukup mahal. Bisa mencapai ratusan ribu rupiah.

Tapi, kalau budget terbatas, sobat juga bisa datang kok ke dealer resmi. Tinggal bawa kode pelat seri kunci, nantinya akan dibuatkan kunci baru.

Tapi, lagi-lagi butuh waktu lebih. Karena proses pembuatan bukan dilakukan dari dealer. Melainkan ke produsen kunci. Maka itu, butuh waktu ‘lebih’ untuk menunggu kunci datang.  (motorplus-online.com)

Honda PCX 125, Optimus Prime From Bandung

Buat fans Transformers, pasti sobat langsung tahu kalau pacuan ini identik dengan tokoh siapa. Betul, Optimus Prime. Tetapi, sejatinya ini bukanlah wujud asli robot yang pimpinan dari Autobots dan bisa berubah jadi truk itu. Melainkan, Honda PCX 125 yang dimodif bertema Optimus Prime.

Peterson Rivai yang pemilik skubek lansiran 2010 ini, memang fans berat Optimus. Makanya, ia enggak goyah meski sekarang lagi muncul Iron Man. Menurut barudak asli Bandung yang akrab disapa Peter, modif paling kentara ada di sektor depan. Selain bentuk lampu utama yang dibuat seperti Prime, ada pula sosok kepala Optimus yang bisa keluar-masuk di bagian atas lampu utama.

“Sejak kecil, saya sangat menyukai semua tokoh robot. Mulai dari zamannya Voltus, hingga Transformers ini. Bentuk robot, kan sangat futuristik. Jadi, lebih menarik jika diterapkan pada skubek dalam bentuk modifikasi, “ ujar Peter.
Bodi asli PCX yang besar, cocok mengusung konsep yang didambakannya itu. Dalam proses ubahannya itu, Peter turut dibantu Sutarsan, asistennya yang piawai mengolah fiberglass.

Bodi PCX kemudian diubah dengan semakin bertambah gambot lagi. Tidak hanya itu, di sebagian bodinya terdapat sayap-sayap yang dapat bergerak naik-turun secara otomatis. Agar bisa bergerak, kudu pakai part motorized.

Menurut Peter, semua itu disempurnakan lewat sektor kaki-kaki agar proporsional dengan bodi. “Buat depan pakai pelek ring 14”, lebar 5 inci. Belakang, lebar 14 inci dengan diameter 18 inci.,” cuap Peter, owner Zone Modified Project (ZMP) di Jl. Murni 1 No. 36, Buah Batu, Bandung, Jawa Barat. (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Kaliper depan : Brembo
Kaliper belakang : PN Racing Thailand
Sok belakang : Air suspension custom
Arm : CNC Zone Modified

HD S&S Knucklehead, New Old Stock Engine

Mesin Harley-Davidson (H-D) tipe Knucklehead termasuk dapur pacu yang paling diburu para pecinta H-D. Wajar kalau mesin generasi kedua yang diluncurkan antara  1936 sampai 1947 setelah tipe Flathead, bikin Gus Agus tergila-gila ingin memilikinya.  

“Mesin tipe ini jumlahnya tidak banyak. Selain memiliki desain klasik dan unik, power mesin yang dihasilkan pun jadi luar biasa,” bangga Gus Agus ketua komunitas Custom Chopper Heroes dari Bali. 

Inilah bagian dari alasan  Agus menyukai karakter mesin Knucklehead. Meskipun mesin orisinalnya H-D sekarang sudah sulit diburu. “Tapi saya pilih mesin Knucklehead produk aftermarket yang sudah diluncurkan oleh S&S,” lanjut pria ramah ini sambil menyebutkan mesin replika ini dibuat 2009.

Pakai mesin aftermarket, masih menurut Agus banyak kelebihan. Materialnya sudah baru dan jelas lebih awet juga bertenaga. Yang terpenting tidak dipusingkan lagi oleh rembesan oli layaknya motor lawas. 

Modal mesin jadi bahan dasar Agus ngebangun besutan custom yang mengandalkan girboks stok H-D Softail. Aliran yang dipilih chopper klasik modern menyesuaikan dengan jenis mesin. “Ubahan seperti ini paling pas dengan mesin Knucklehead,” urai pria menyukai garapan motor builder Jepang. 

Untuk membantu proses menggarap motor, Agus mempercayakan ke  rumah modifikasi Bongluck Custom yang berada di Denpasar, Bali. "Saya kumpulkan part-nya, sedangkan Nyoman Bongluck sang builder yang merakit termasuk bikin beberapa komponen untuk kelengkapan motor," sebut Agus.  

Ogah pusing dengan ubahan rangka, Gus Agus juga mengandalkan frame aftermarket buatan Ultima. Desain rangka  hardtail alias rigid ditopang fork depan springer makin kental dengan tampilan klasik chopper. “Meskipun chopper klasik, kesan modern masih terlihat,” ujar pria yang juga tergabung di HOG-Bali. 

Seperti pemakaian sistem pengereman yang andalkan model disk brake. Paling sip dilihat desain rem belakang. Bagian sporket sekaligus berfungsi sebagai disk brake. “Saya berburu part sproket rotor ini dari salah satu builder di Jepang,” lanjut pria yang kerap berkunjung ke negara Matahari Terbit. 

Selain sproket rotor, beberapa bagian part aftermarketnya juga mengandalkan builder asal Jepang. Mulai dari head lamp, stop lamp, dan foot rest. “Kalau tangki oli yang saya pakai ini produk Moon Eyes,” tunjuk pria yang pernah keliling Bali dengan H-D customnya ini. 

Pada lingkar roda, Agus sengaja tidak memilih ban yang berprofil lebar. Dia ingin tampilan klasik yang simpel dengan pamakaian ban jenjang. Tidak salah kalau pilihannya jatuh pada lingkar roda ring 21 inci untuk roda depan dan belakang. 

Kesan simpel juga terlintas dari pemilihan desain bodi yang minimalis. Seperti pemakaian tangki model Peanut yang memiliki kapasitas hanya 8 liter. Berpadu dengan sepatbor belakang simpel yang dipasang rapat dengan roda belakang. (motorplus-online.com)

 DATA MODIFIKASI
Ban: Metzeler 21/100/80
Pelek : Aftermarket 21 inci
Jok : Bongluck Custom
Knalpot: Bongluck Custom
Setang : Sportster  

Modif Harley Davidson, Desain Balap Jadul Untuk Jalanan


Ada ‘garis oli’ jelas saat kita mengapresiasi karya-karya Rudi ‘The Lucky Boy’ Sudjono dari Flying Piston Garage (FPG), Bandung. Ia selalu bepatokan sisi fungsi, harus friendly use dalam artian nggak menyiksa rider.

Jarang merancang motor rake centang, drag bar ekstrem yang membuat pinggang tertarik. Pijakan kaki juga dirancang enak untuk daily riding atau turing.


Dihiasi ornamen mobil tahun 50-an
Dari sisi estetika, FPG juga punya patokan desain ’golden moment’ era 50-60-an. ”Kami istilahkan traditional choppers!” kata Rudi yang sering jeje’el ke Jepang melihat desapn Jap’s di sana.

Selain itu mereka juga punya sentuhan individual. Suka sekali memilih part tambahan dari barang junk yard terutama komponen mobil kuno.

Dari pertimbangan itulah, Bro Hartoko asal Surabaya melirik FPG. ”Kami share padanya motor balap era 30-an namum mewah dan cocok dipakai di jalanan!” cerita cowok doyan pakai topi ala Glen Fredly ini.

Dimulai dari handmade sasis hardtail, FPG sesuai khasnya memilih ban ukuran kecil. ”Kami pasangkan dengan roda ban depan 21 inci dan belakang 16 inci,” jelas mereka. Dari situ nuansa klasiknya belum begitu kelihatan.

Saat mereka merancang sok depan, estetikanya baru muncul. Desain sok berjuluk girder custom asyik dinikmati. Terinpirasi desain motor balap flat track atau board track era 30 atau 40-an. Jarak antara roda depan dan T bawah jadi dekat dan motor semakin padat.

WARNA DIBUAT COOL

Ke belakang, mereka tak menyimpang dari konsep. Tangki custom dibuat mengecil ke belakang diteruskan jok single sitter simpel dan sepatbor pendek agar sektor pantat semakin nongol. Pemanis fender struts juga klasik abis, dibuat mengikuti kontur sepatbor dengan variasi lubang-lubang. Pas!

Pamungkas, FPG berkolaborasi dengan Fahmi dari Free Flow dan Mr. Pur di urusan kelir. Simplisitasnya tetap terjaga dengan variasi sedikit di tangki, skill pin strip sebagai aksentuasi dari kesederhanaan desain yang ada.(motorplus-online.com) 

Mau Cari di Sini, Silahkan!